Pages

Kamis, 28 Agustus 2014


Skill Komunikasi itu memang membutuhkan latihan, termasuk dialog. Tidak saja melatih diri berbicara yang tangkas dan santun tapi juga berlatih mendengarkan. Skill mendengarkan membutuhkan banyak sekali kerendahan hati; menghilangkan semua opini pribadi, tidak cepat menyela, tidak ingin cepat-cepat memberikan masukan, apalagi menggunakan acuan ‘kebenaran’ pribadi. Semua ini butuh praktek dan evaluasi berkala.
Namun, ketrampilan saja tidak cukup, harus dibarengi dengan niat baik; good skill and good will. Niat baik untuk mengedepankan kepentingan yang lebih luas daripada kepentingan pribadi. Contoh yang sederhana; sebelum mengirim email, baca sekali lagi semuanya, kira-kira ada potensi memicu dampak negatif apa tidak. Setiap panggilan telepon pasti dibalas. Setiap kiriman text selalu direspon, bagaimanapun singkatnya, dan meskipun tidak saat itu juga. Dalam mengambil keputusan selalu berorientasi pada kepentingan orang banyak. Memilih istilah-istilah positif saat berpidato, dan berbagai sikap lain.
Pemimpin yang baik, selayaknya memiliki good skill dan good will dalam berkomunikasi, yang artinya porsi mendengarkan lebih banyak daripada porsi bicara, ada kemauan untuk selalu berkoordinasi dengan semua pihak saat mengambil keputusan, memiliki kemauan untuk berjumpa secara fisik dengan yang dipimpin, menyampaikan pesan verbal dan tertulis dengan pemilihan kata, intonasi dan medium yang sesuai dengan penerima pesannya, dan memiliki kebesaran hati untuk menerima umpan balik dan memastikan bahwa kondisinya memungkinkan, tanpa ada retaliasi.
Nah, skill dan will ini mutlak dimiliki oleh pemimpin, karena dia adalah manusia yang harus berinteraksi dengan manusia lain, memiliki pengaruh, menyebarkan aura positif, accessible, dan dipercaya untuk mencapai sebuah tujuan besar. Segala ide, gagasan, rencana, laporan, harus disampaikan kepada orang lain, agar ada realisasinya.
Sebaliknya, pemimpin yang tidak memiliki ‘relevansi’ / ‘kedekatan’ – baik fisik maupun perjuangannya – dengan yang dipimpin, pemimpin yang tidak memberikan ruang cukup bagi masukan dari bawah, pemimpin yang hobi mengobral janji tanpa mampu menepati, pemimpin yang bahasa tubuhnya tidak sinkron dengan verbalnya, pemimpin yang tidak memimpin dari hati, semua itu adalah jaminan gagalnya pencapaian tujuan serta penyalahgunaan kekuasaan. Berat itu konsekuensinya.

0 komentar:

Posting Komentar